hariku mengayun
tertatih-tatih menyusul waktu yang
menunggang lupa
pernah coba berlari 
kecil-sambil tertawa berderai-menunduk laku
wajah tengadah dihempas 
pukul angin yang
menyiul genit menggoda terik agar 
mengambil sepi
lalu kudengar langgam-langgam merana
berpukul ulang mengejar 
pilu yang sendiri
menyedu gelas bundar berhinggap
kicau sunyi memantul-mantul ujar
berdiri dengan kaki luruh hentakan
datanglah februari sendiri
menyeru peluit menalu-nalu
dan kami serentak mengayun 
lewat jingkatan di pintu masuk
mengepal kelebat lalu menangis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar